Ujiankeimanan adalah keniscayaan. Ibnu Katsir menjelaskan, ujian yang diberikan itu sesuai dengan kadar keimanan seseorang. Rasulullah saw bersabda,"Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian berikutnya dan berikutnya. Seseorang dicoba sesuai dengan (kadar) agamanya.

JAKARTA - Ketaatannya kepada Allah tak perlu diragukan lagi. Demi mempertahankan keimanan, nyawa pun rela dia berikan. Sosok itu bernama Sumayyah binti Khayyat. Seorang hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Wanita tersebut kemudian dinikahkan oleh seorang pendatang yang tinggal di Makkah yaitu Yasir. Sejak belia, Sumayyah hidup sendiri dan sering mengalami berbagai kesulitan, sebab tak ada kabilah yang bersedia membelanya. Dari pernikahannya bersama Yasir, Sumayyah dikarunia dua anak yakni Ammar dan Ubaidillah. Waktu terus berjalan, kedua putranya pun tumbuh dewasa. Sampai suatu hari Ammar mendengar dakwah Rasulullah. Merasa tertarik dengan agama yang diajarkan Sang Rasul, dia kemudian terus mendalaminya. Baginya, agama Islam sesuai fitrah manusia. Pasalnya, tak ada sistem perbudakan atau penyembahan terhadap manusia. Setelah resmi menjadi Muslim, Ammar lalu pulang menemui kedua orang tuanya. Di depan ayah ibunya, dia menceritakan soal Islam yang sudah menyentuh hatinya. Mendengar perkataan sang putra, Sumayyah dan Yasir juga tertarik masuk Islam. Tanpa keraguan, keluarga Yasir bersyahadat. Dengan begitu, mereka termasuk orang-orang pertama yang masuk Islam. Hal itu karena keluarga Yasir menjadi Muslim saat dakwah Rasulullah baru di tahap awal. Mendengar Sumayyah serta keluarganya mengikuti ajaran Nabi Muhammad, kaum kafir Quraisy sangat marah. Tak sekadar membenci, kaum kafir pun menyiksa keluarga Yasir. Beragam siksaan dilakukan, mulai dari dipukul, dijemur di padang pasir, hingga meletakkan batu di dada Sumayyah. Mereka terus menyiksa orang-orang saleh tersebut tanpa rasa ampun. Walau demikian, baik Sumayyah maupun anak dan suaminya tak mengeluh. Mereka tetap bertahan sekaligus teguh menjaga keimanan. Bahkan, ia terus mengucapkan "Ahad, Ahad, Ahad." Ucapan tersebut menunjukkan, baginya tiada tuhan selain Allah. Yasir, Ammar, dan Ubaidullah juga senantiasa menauhidkan Allah. Meski berbagai siksaan tak henti dilakukan kaum kafir Quraisy. Mengetahui keluarga Yasir tengah disiksa, Rasulullah langsung menengadahkan tangan ke langit seraya berseru, "Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kalian kembali adalah surga." Mendengar seruan Rasulullah, Sumayyah serta keluarganya makin kuat. Mereka tak peduli lagi dengan segala siksaan yang diterima. "Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah. Aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar," ujar Sumayyah penuh keyakinan. Wanita tersebut mengembuskan napas terakhirnya di tangan kaum kafir dalam perjuangannya mempertahankan agama serta akidahnya. Sejarah pun mencatat nya sebagai syahidah pertama dalam Islam. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini

Kaummuslimin dari berbagai penjuru dunia yang berjumlah sekitar 2 juta orang setiap tahunnya menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menunaikan ibadah haji itu untuk kesekian kalinya, tak ada perasaan bosan apalagi kapok dalam menunaikan ibadah haji meskipun harus berkorban dengan harta, tenaga dan menghadapi sejumlah kesulitan. JAKARTA - Mengutip buku Mereka adalah Para Shahabiyah karya Mahmud Mahdi Al- Istanbuli dan Musthafa Abu An-Nashir Asy-Syalabi. Tersebutlah kisah Sumayyah binti Khayyat, seorang hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughirah. Perempuan itu dinikahkan kepada Yasir, pria pendatang yang akhirnya menetap di Makkah. Posisi Sumayyah yang sebatang kara, membuatnya hidup serbakesulitan. Apalagi, berada di bawah aturan-aturan yang berlaku semasa jahiliyah. Hampir tak ada kabilah yang sudi membelanya. Sang suami juga demikian. Yasir mendapati dirinya sebagai pendatang miskin. Untuk itu, dia berlindung pada Bani Makhzum. Seperti sang istri, Yasir juga hidup di bawah kekuasaan Abu Hudzaifah. Dari pernikahannya dengan Sumayyah, lahir dua orang anak, yakni Ammar dan Ubaidullah. Seiring berjalannya waktu, Ammar kian dewasa. Suatu hari, Ammar mendengar dakwah yang diajarkan seorang insan mulia, sang al-Amin Muhammad bin Abdullah. Ia merasa tertarik dengan agama Rasulullah SAW itu. Seperti jamaknya orang-orang Makkah yang merindukan keadilan dan kasih sayang-Nya, Ammar bin Yasir merasa terpanggil untuk mendalami Islam. Ia bisa melihat agama ini seturut dengan fitrah kemanusiaan. Misalnya, tidak ada penghambaan yang lebih hakiki selain seorang manusia kepada Allah SWT. Ammar pun mendapat hidayah dan memutuskan memeluk Islam. Ammar pun pulang ke rumah dengan berstatus sebagai Muslim. Ia menemui kedua orang tuanya. Iman yang kuat, saat itu terpatri dalam jiwanya. Ammar bercerita tentang pertemuannya dengan Rasulullah SAW. Ia menuturkan bagaimana Islam yang begitu menyentuh hatinya. Bagaimana dakwahdakwah yang dibawa Rasulullah menarik hatinya. Ammar kemudian menawarkan Islam kepada orang tuanya, Sumayyah dan Yasir. Ternyata, kedua orang tuanya dan juga sang adik menyambut gembira ajakan itu. Seluruhnya masuk Islam. Dengan demikian, Sumayyah menjadi orang ketujuh yang masuk Islam. Sumayyah dan keluarganya memeluk Islam ketika Nabi Muhammad SAW pada taraf awal menyiarkan dakwahnya. Ternyata, kabar masuk Islamnya Sumayyah dan keluarga kecilnya mengundang kemarahan kaum kafir Quraisy. Mereka termasuk Bani Makhzum menyiksa keluarga Sumayyah seluruhnya. Di hadapan para penyiksa, keluarga Sumayyah tetap teguh mempertahankan iman dan Islam di dada. Tidak Surut Iman Walau Disiksa Maka muncul pertentangan dan permusuhan dari orang-orang kafir. Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan Sumayyah. Penyiksaan pun tak terelakkan lagi. Bermacam-macam siksaan dijatuhkan kepada keluarga ini agar mereka keluar dari agama-Nya. Salah satunya, keluarga ini dipaksa keluar ke padang pasir ketika keadaannya sangat panas dan menyengat. Mereka bahkan membuang Sumayyah ke sebuah tempat yang jauh. Tak hanya itu, mereka juga menaburi Sumayyah dengan pasir yang sangat panas. Lalu meletakkan sebongkah batu yang berat di atas dadanya. Namun, tak terdengar sedikitpun rintihan dan ratapan dari Sumayyah. Melainkan ucapan, “Ahad … Ahad ….”, ungkapan tentang keteguhan akan tauhid yang terus keluar dari mulut Sumayyah binti Khayyat. Ia terus mengulang kata-kata itu. Begitu pula yang dilakukan Yasir, Ammar, dan Ubaidullah. Suatu ketika, Rasulullah SAW menyaksikan keluarga Muslim ini tengah disiksa dengan kejam. Beliau kemudian menengadah ke langit dan berseru, “Bersabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.” Sumayyah mendengar seruan Rasulullah SAW. Maka ia pun semakin tegar menghadapi berbagai macam siksaan. Ia bahkan dengan berani terus mengulang sebuah kalimat, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.” Begitulah, Sumayyah binti Khayyat telah merasakan manisnya keimanan. Ia meninggal saat memperjuangkan akidahnya. Hatinya telah dipenuhi kebesaran Allah SWT. Ia tak pernah takut menghadapi setiap siksaan. Keimanannya tak luntur sama sekali, sekalipun hanya sebutir pasir. Begitu pula dengan Yasir, ia juga mengambil keputusan yang sama dengan istrinya. Ia dan istrinya telah berjanji untuk bersama-sama meraih nikmat Allah SWT. Mereka memilih surga yang dijanjikan Rasulullah SAW. Sementara itu, kaum kafir terus melampiaskan kekesalannya kepada Sumayyah. Akhirnya, salah satu dari mereka menusukkan sangkur yang berada dalam genggamannya kepada Sumayyah binti Khayyat. Maka hilang nyawanya dari raga yang beriman dan suci. Sumayyah adalah wanita pertama yang syahid dalam mempertahankan Islam. Ia meninggal dengan menunjukkan keberanian dan keimanan yang kuat. Ia tak sekalipun takut menghadapi kematian. Tak ada tawar menawar selama membela Islam. Ia terus memperjuangkan imannya. Ia menukar nyawanya demi meraih surga Tuhannya. Ia mendermakan jiwa ke puncak tertinggi dari kedermawanan sumber Pusat Data Republika
MenghadapiUjian Daripada Allah Dengan Tenang & Redha. Setiap manusia yang Allah cipta sentiasa akan diberi musibah, ujian atau masalah hidup didunia yang sementara ini. Tipu jika seseorang itu berkata yang dia tidak pernah ditimpa musibah. Setiap orang ada masalahnya tersendiri, Allah uji dengan berbagai-bagai ujian tetapi sebabnya adalah sama.
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, kerana tempat yang dijanjikan bagi kalian ialah syurga”. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam mendoakan keluarga Yasir, “Ya Allah, janganlah Engkau seksa seorang pun dari keluarga Yasir dengan api neraka”. Keluarga yang agung dan mulia ini menghimpunkan segala sisi keutamaan. Keutamaan-keutamaan ini semerbak harum menebarkan aroma kemuliaan dan ia tersebar dari generasi terawal memeluk Islam sehinggalah ke generasi akhir zaman. Pemimpin keluarga ini, Yasir bin Amir bin Malik berasal dari Yaman. Beliau datang ke Mekah bersama-sama Al-Harits dan Malik dalam rangka menjejaki saudaranya. Mereka berdua kembali ke Yaman, sebaliknya Yassir terus menetap di Mekah. Beliau kemudiannya menjalin persahabatan dengan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah bin Abdullah Al-Makhzumy, yang kemudiannya menikahkannya dengan seorang hamba wanita, Sumayyah bintu Khubath, lalu melahirkan seorang anak lelaki, bernama Ammar. Abu Hudzaifah kemudiannya memerdekakan Sumayyah manakala Yasir dan Ammar tetap bersama-sama dengan Abu Hudzaifah sehingga meninggal dunia. Sumayyah bintu Khubath, nama yang tidak pernah dikenali di seluruh pelosok Mekah sebelum Islam hadir memancarkan sinarnya di Ummul Qura. Beliau seorang wanita yang bersosok besar, usianya telah memasuki usia senja. Namun, beliau memiliki akal yang jernih, dan jiwanya memancarkan keikhlasan, bara dan semangat!. Tidak berapa lama selepas Rasulullah memulakan dakwah baginda, keluarga Yasir muncul sebagai di antara manusia terawal mengimani risalah Islam dan membenarkan kerasulan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Keimanannya yang mendalam terhadap Allah menjadikan dirinya sebagai pelopor wanita-wanita yang sabar dan tegar mempertahankan akidah. Bahkan beliaulah adalah orang ketujuh yang masuk Islam dan di antara orang terawal yang menampakkan keislamannya. Hal ini disebutkan oleh Al-Imam Adz-Dzahaby Rahimahullah di dalam bukunya, Siyar A’lamin-Nubala’ menerusi riwayat Abdullah bin Mas’ud Radiallahu Anhu, “ Yang pertama sekali menampakkan keIslaman mereka secara terang-terangan ada tujuh orang; Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, Abu Bakar, Ammar, ibunya Sumayyah, Shuhaib, Bilal dan Al-Miqdad. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam mendapat perlindungan dari bapa saudarany Abu Talib. Abu Bakar mendapat perlindungan kaumnya. Yang lain-lain pula mengalami penyeksaan yang keras dari orang-orang musyrik, dikenakan baju besi lalu ditelantarkan di bawah terik matahari. Tidak seorang pun dari mereka kecuali harus memenuhi apa yang mereka inginkan, kecuali Bilal. Dia tidak peduli apa yang menimpa dirinya kerana Allah. Dia juga tidak peduli kepada kaumnya. Ketika dia diseksa, kanak-kanak kecil ikut sama mengerumuninya, dan dia hanya mampu mengucapkan, Ahad, ahad, ahad”. Keluarga Sumayyah turut sama berada di barisan hadapan. Kemarahan kaum Quraisy benar-benar memuncak. Hampir setiap nafas mereka adalah hembusan kebencian kepada orang-orang yang mengucapkan “Rabb kami adalah Allah”. Penyeksaan-penyeksaan tidak pernah menjadikan kaum Muslimin berundur, malah mereka tetap istiqamah dan terus mengikuti Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Sementara itu, baginda hanya mampu meniupkan kata-kata semangat dan motivasi keimanan kepada keluarga Sumayyah kerana tiada seorangpun yang mampu memberikan jaminan kepada keluarga tersebut. Keluarga itu menerima pelbagai jenis penyeksaan dari orang-orang musyrik yang terbakar oleh api dendam dan kebencian terhadap dakwah Islam. Mereka memuaskan keinginan yang gila dengan menyeksa Sumayyah dan keluarganya. Ibnu Atsir Rahimahullah menyebutkan di dalam kitabnya, Usdul Ghabah, tentang seksaan yang dialami oleh Sumayyah dengan berkata, “Dia termasuk orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam dan dia juga termasuk di kalangan orang-orang yang mendapat seksaan yang keras kerana Allah”. KELUARGA YANG SABAR Tiada yang mampu dilakukan manusia kecuali terkagum terhadap keluarga Yasir, sebuah keluarga yang mulia, yang diberi kemudahan, dan yang mampu menggegarkan para pemimpin kaum musyrikin Mekah. Mereka yang sebelumnya dikenali sebagai orang-orang yang lemah lembut, tidak lagi mempunyai sifat itu tatkala berhadapan dengan kaum kafir yang cuba mengoyakkan keimanan mereka. Bahkan kaum musyrikin hampir hilang akal kerana rasa marah ketika melihat keluarga ini semakin tenang dan mantap, tidak gerun terhadap seksaan, tidak beranjak sedikit pun dari akidah mereka, malah tidak surut kesabaran mereka ketika dijemur di bawah terik matahari dalam keadaan kehausan. Ketegaran keluarga ini membuatkan kaum musyrikin kehairanan, bingung dan semakin berang. Mereka mengheret Ammar bersama kedua ibubapanya ke tengah-tengah padang pasir yang panas sepanasnya, agar mereka keluar dari Islam. Ironinya, keluarga sabar ini sentiasa bertambah keimanan mereka seiring dengan semakin pedihnya seksaan. Mereka semakin pasrah, terutamanya setelah mereka mendengarkan doa memohon pengampunan bagi diri mereka oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. Salim Abul-Ja’d meriwayatkan, beliau berkata, “Utsman memanggil beberapa sahabat Rasulullah, di antaranya terdapat Ammar bin Yasir. Ustman berkata, Aku akan menyampaikan kepada kalian hadis tentang Ammar. Aku bersama Rasulullah pergi ke Al-Bathha’ sehingga kami menemui Ammar berserta ibubapanya ketika kaum musyrikin menyeksa mereka. Yasir berkata kepada Rasulullah, “Apakah selamanya aku akan begini?”. Baginda bersabda, “Bersabarlah!”. Kemudian baginda bersabda, “Ya Allah, berilah ampunan kepada keluarga Yasir, kerana Engkau telah berbuat apa yang Engkau Perbuat” . [Ditakhrij oleh Ahmad] PENENTANGAN SUMAYYAH Kaum musyrikin Quraisy hampir tidak pernah menghentikan seksaan terhadap Sumayyah dan keluarganya. Selepas suaminya meninggal dunia akibat penyeksaan, Sumayyah semakin menentang dan memberikan reaksi keras terhadap Bani Al-Mughirah bin Abdullah bin Makhzum, yang dipelopori oleh Abu Jahal. Dia layaknya orang yang tidak waras dan tidak berperasaan ketika berhadapan dengan ketegaran Sumayyah mempertahankan akidahnya. Baginya, kedegilan Sumayyah ialah perlecehan terhadap dirinya. Sumayyah telah berjaya mencarik-carik kebesaran nama Abu Jahal di kalangan kaum musyrikin kerana kesabarannya terhadap kerasnya seksaan. Hati Abu Jahal hampir saja meledak kerana Sumayyah tidak mahu memperolok-olokkan dan mengeji nama Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, walau dengan hanya satu kata seperti yang dipaksakan Abu Jahal kepadanya. Abu Jahal semoga Allah menghinakannya, tidak membiarkan satu pun sarana untuk menghalangi manusia dari jalan Allah, melainkan dia akan menggunakannya. Dia tidak mendapatkan satu jalan pun untuk menekan orang-orang Mukmin, melainkan dia akan melaluinya. Ibnu Ishaq Rahimahullah, menyampaikan satu gambaran yang jelas tentang hal ini, dengan berkata, “ Abu Jahal, orang jahat yang terperdaya di tengah-tengah kaum Quraisy, jika mendengar berita seseorang masuk Islam, dan orang itu adalah orang yang terpandang dan mendapat jaminan perlindungan,maka dia hanya akan mengingatkannya dan menegurnya dengan berkata, Kau tinggalkan agama bapamu, padahal bapa-bapamu adalah lebih baik darimu. Kami benar-benar akan mengalahkan pendapatmu dan benar-benar akan menghinakan kehormatanmu.’ Jika yang dihadapinya adalah seorang pedagang, maka dia akan berkata Demi Tuhan, kami benar-benar akan membuatkan kamu rugi dalam perniagaanmu, dan kami benar-benar akan menghancurkan harta bendamu’. Jika yang dihadapinya adalah orang yang lemah, maka dia akan memukul dan menyeksanya semahu-mahunya. Semoga Allah melaknat dan memburukkannya” SYAHIDAH PERTAMA Sumayyah Radiallahu Anha adalah wanita pertama yang menampakkan keIslamannya, di samping menjadi syahid pertama yang mengorbankan dirinya di jalan Allah. Dalam peristiwa kesyahidannya itu, terkandung pelajaran-pelajaran berharga bagi sesiapa yang memiliki hati atau mempunyai pendengaran. Beliau menjadi sosok syahid yang sebenarnya dan mempamerkan hakikat sabar kepada para generasi seterusnya. Setelah suaminya, Yasir meninggal dunia kerana penyeksaan yang sangat berat, Sumayyah Radiallahu Anha diserahkan pula oleh Abu Hudzaifah kepada Abu Jahal, sehingga si jahat itu dapat menyeksa dengan segala cara yang diinginkannya disamping mengejek-ejek diri Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dengan sejuta sumpah seranah dan umpat keji. Suatu petang, Abu Jahal bersikap keras kepada Sumyyah, kemudian berkata kepadanya, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad melainkan kerana engkau tergila-gila kepada ketampanannya”. Apa pula reaksi Sumayyah? Beliau memberikan jawapan yang tidak kalah kerasnya, lantaran kemarahannya yang tidak tertahan dengan tuduhan Abu Jahal itu. Keangkuhan Abu Jahal terbukti apabila beliau menikamkan tombak ke tubuh Sumayyah sehingga menyebabkan Sumayyah meninggal dunia sebagai syahid, rohnya naik kepada Penciptanya dalam keadaan redha dan diredhai, kerana telah memberikan kesaksian tidak berbelahbagi bahawa tiada Ilah selain Allah, dan bahawa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah. Mujahid Rahimahullah berkata, “Syahid yang pertama di dalam Islam ialah ibu Ammar, Sumayyah yang ditikam Abu Jahal dengan menggunakan tombak, tepat di ulu hatinya” .Al-Bidayah Wan-Nihayah, 3/59 Ibnul Jauzy Rahimahullah berkata,” Dia adalah syahid pertama di dalam Islam. Semoga Allah redha kepadanya sebagaimana Allah membuatkannya redha”. IBNU SUMAYYAH Sumayyah, nama ini dan sahabiyah ini tetap hidup abadi menebarkan keharuman setelah mati syahid dan beruntung telah meraih keredhaan Allah. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam terbiasa memanggil anaknya Ammar, dengan sebutan “Ibnu Sumayyah”. Maka, tidak dapat lagi dimungkiri bahawa panggilan yang diberkahi ini merupakan penghormatan terhadap sahabiyah yang sabar dan baik ini. Panggilan itulah yang lebih sering meluncur dari lisan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang mulia. Abdullah bin Mas’ud Radiallahu Anhu pernah berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda, Jika manusia saling berselisih, maka Ibnu Sumayyah berada pada kebenaran”. Kisah ini disebutkan di dalam Siyar A’lamin-Nubala, 1/415-416; Tarikhul Islam, Adz-Zahaby, 3/575 Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam juga sering menyebutkan nama Sumayyah dengan keutamaan dan kebaikan. Sewaktu Perang Badar, baginda menyampaikan khabar gembira bagi “orang baik yang mendapat kebaikan”. Julukan untuk Ammar, kerana Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda kepadanya, Selamat datang wahai orang baik yang mendapat kebaikan’. Di dalamnya disebutkan juga nama Sumayyah. Peristiwa ini dikisahkan ketika musuh Allah, Abu Jahal terbunuh di dalam Perang Badar. Ketika itu Rasulullah menggembirakan Ammar dengan berkata “Allah telah membunuh orang yang membunuh ibumu”. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam juga pernah mendoakan untuk Sumayyah dan keluarganya dengan doa yang diberkahi ketika Ammar mendatangi Rasulullah mengadu seksaan yang dihadapi oleh ibubapanya termasuk dirinya sendiri. Beliau berkata, “Wahai Rasulullah, kami mendapatkan seksaan yang sangat keras”. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Bersabarlah wahai Abul Yaqzhan julukan lain bagi Ammar. Ya Allah, janganlah Engkau seksa seorang pun dari keluarga Yasir dengan api neraka” Al-Isti’ab, 4/325; As-Sirah Al-Halabiyah, 1/484 NISA’ MUBASSYARAT BIL JANNAH! Inilah kisah sahabiyah yang sabar, yang disajikan sirahnya sebagai wanita yang teguh hati pada kebenaran dan keimanan, sehingga menjadi pelopor di dalam perjuangan Islam sepanjang zaman. Ibnu Abdil-Barr Rahimahullah memuji Sumayyah dengan berkata, “Dia termasuklah orang yang diseksa kerana Allah, dan sabar di dalam menghadapi seksaan. Dia termasuklah wanita yang berbaiat, baik dan terutama” Al-Isti’ab, 4/324 Semoga Allah merahmati Sumayyah ibu Ammar, wanita dan orang pertama yang mati syahid di dalam Islam, ibu orang yang pertama membangun masjid dan digunakan untuk solat. Kesejahteraan bagi keluarga Yasir, kesejahteraan ke atas kalian kerana kesabaran kalian dan sesungguhnya kalian akan mendapat balasan yang sebaik-baiknya. “Terimalah khabar yang baik wahai keluarga Ammar, kerana tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah syurga” Sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang disampaikan oleh Ustman Al-Affan. Dipetik dari Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/249; Majma’ Az-Zawaid, 9/293; Tarikhul Islam Adz-Zahaby, 3/572 Firman Allah SWT “Sesungguhnya Allah telah memberi dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang kerana Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh. Itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam kitab Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” At-Taubah 111 Sumayyah bintu Khubath Radiallahu Anha termasuk sejumlah wanita yang terawal menerima Islam dan bersegera memenuhi janji Allah serta membenarkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada kaum Muslimin, sehingga beliau berhak mendapat khabar gembira sebagai orang yang dijanjikan syurga. Bagaimana pula dengan kita sebagai kaum muslimah akhir zaman? Semoga kisah ini menjadi obor penyuluh dan menyemarakkan lagi semangat kita dalam mendakwahkan agama Allah ini sehingga tiba janji Allah yang seterusnya, “akan berdiri semula kekhilafahan di atas manhaj kenabian” [HR Ahmad] Beliaubersabda, "Janganlah kalian berangan-angan berhdapan dengan musuh. Sebab, kalian tidak tahu jika akan mendapat ujian dengannya. Akan tetapi ucapkanlah, "Ya Allah, lindungilah kami dari mereka. Peliharalah kami darai siksaan mereka. Karenanya, Allah SWT menjadikan ujian dan cobaan sebagai sunnatullah dalam kehidupan manusia. Allah berfirman :
Kisah perjuangan Sumayyah sungguh indah dan menawan untuk didengar. Kisahnya memiliki pengaruh sangat kuat untuk generasi muslim sesudahnya. Dia menjalani kehidupannya dengan berbagai ujian dan cobaan; mulai dari ujian terkecil hingga yang besar. Sumayyah merampungkan ujian dalam kehidupannya dengan sebuah titel kesuksesan terbesar, yaitu kesyahidan. Dia terdaftar dalam urutan para syuhada yang akan menerima hadiah surga dari Allah dan hidup di sisi-Nya serta diberi rezeki melimpah. Diceritakan bahwa ketika Islam mulai muncul ke permukaan, Sumayyah yang juga istri seorang syahid bernama Yasir dan ibu seorang syahid bernama Ammar itu segera menyambutnya, sehingga dia termasuk salah satu wanita beriman pada fase pertama kemunculan Islam. Bahkan dapat dikatakan bahwa Sumayyah adalah wanita pertama yang memberikan perlawanan kepada kaum musyrikin demi membela panji Islam. Ibnul Atsir mengatakan, “Dia adalah orang ketujuh dari tujuh orang yang mula-mula masuk Islam. Dia termasuk orang yang menerima siksaan berat demi Allah SWT.” Ibnu Mas’ud berkata, “Orang yang mula-mula membela Islam ada tujuh orang; Rasulullah SAW, Abu Bakar, Bilal, Khabbab, Shuhaib, Ammar, dan Sumayyah.” Di dalam bukunya, Nisaa` min Ashri An-Nubuwwah, Syaikh Ahmad Khalil Jam’ah menegaskan bahwa dalam lintasan sejarah Islam, tidak dikenal seorang wanita yang memiliki kesabaran seperti Sumayyah. “Dia menjadikan kesabaran sebagai sebuah syiarnya,” tulisnya. Ini mengingat, dapat dibayangkan bagaimana keadaan seorang wanita yang sudah tua renta, namun mampu menghadapi siksaan yang begitu berat dari orang-orang kafir. Disebabkan keimanan kepada Allah, dia sanggup menghadapi berbagai kesedihan dan kesulitan. Sumayyah tidak seorang diri menghadapi pedihnya siksaan dan getirnya kehidupan. Dia menghadapi siksaan bersama seluruh anggota keluarganya. Lecutan cemeti telah menghancurkan tubuh-tubuh mereka. Akan tetapi, keimanan yang kokoh kepada Allah laksana gunung karang yang tidak terpengaruh gelombang dahsyat ataupun angin yang hebat. Dikisahkan bahwa Sumayyah diserahkan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah kepada keponakannya, Abu Jahal yang fasik. Meski kondisinya sangat renta dan ringkih, namun Sumayyah mampu menghadapi apa yang orang kuat sekalipun tidak mampu menghadapinya. Abu Jahal yang telah dihinakan oleh Allah mengambilnya dengan tujuan memuaskan rasa dengki di dalam hatinya, sekaligus mencabut akidah Islam yang tertanam di dada Sumayyah. Menghadapi intimidasi Abu Jahal, Sumayyah memilih diam seribu bahasa dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Abu Jahal mengolok-oloknya dengan berkata, “Engkau tidak beriman kepada Muhammad, melainkan karena engkau merindukan ketampanannya.” Namun Sumayyah tetap tidak mau berbicara. Dia bertahan dari siksaan dengan rasa bangga. Karena dia merasa jauh lebih mulia daripada Abu Jahal dan para pengikutnya. Dia bangga dengan akidah tauhid yang diyakininya. Dengan tauhid, Sumayyah merasa ringan menghadapi siksaan yang pahit, karena dia yakin berada di jalan Allah. Mengenai gambaran betapa beratnya siksaan yang dihadapi mereka, Ibnu Katsir menceritakan, dia menukil dari Ibnu Ishaq yang mengisahkan, “Ketika waktu zuhur tiba, Yasir, ayah, dan ibunya Sumayyah berangkat bersama Bani Makhzum. Mereka menyiksa keluarga Yasir di sekitar Kota Makkah. Rasulullah berlalu di dekat mereka seraya bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, dijanjikan surga untuk kalian.” Lalu Al-Baihaqi, dengan sanadnya, meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulukllah berlalu di dekat Ammar dan keluarganya yang sedang menerima siksaan. Kemudian beliau bersabda kepada mereka, “Bergembiralah wahai keluarga Ammar dan Yasir, sesungguhnya telah dijanjikan surga untuk kalian semua.” HR. Al-Hakim Ketika orang-orang musyrik telah merasa putus asa menghadapi ketabahan dan kesabaran Sumayyah, maka mereka membunuhnya dengan tombak yang dihunjamkan ke arah kemaluannya. Dan Sumayyah pun menjadi syahidah pertama. Kerasnya intimidasi dan dahsyatnya siksaan kaum kafir Quraisy menyebabkan anak dan suaminya juga terbunuh di jalan Allah. Mereka terbunuh sementara keimanan dan keislaman tetap kokoh bercokol di dalam hati mereka. Semoga Allah meridhai Sumayyah, anaknya, dan suaminya. Semoga mereka mendapatkan ampunan dari Allah, sebagai yang disabdakan Rasulullah, “Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir, dan Engkau telah melakukan itu.” [ganna pryadha/ sumber Gambar sebagai ilustrasi saja
AllAGENDA PERISTIWA BATU PENJURU Belarasa BERITA BUKU Cerpen DIREKTORI DOA-DOA DOKUMEN GEREJANI Donasi Publik E-BOOK EDUKASI FILM Gua Maria & Tempat Ziarah IMAN KATOLIK INTERNASIONAL Jadwal Misa Pekan Suci dan Natal JALAN KAKI Jesuit Kata Mutiara KAUM MUDA KELUARGA KESEHATAN Keuskupan Kisah Romo Martin KOMUNITAS RELIGIUS Konsili Vatikan II KWI
Oleh Giri Hadmoko——- Allah SWT menciptakan alam semesta beserta isinya pasti ada maksud dan tujuannya. Dalam pandangan Islam, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi meliputi semua yang ada di dalamya, baik yang dapat diamati maupun yang tidak bisa diamati. Di mana alam dibagi menjadi dua alam, yaitu alam nyata dan alam ghaib. Keberadaan alam semesta ini sebagai tanda dari kekuasaan sang Pencipta. Selain Allah SWT menciptakan alam, Allah SWT juga menciptakan manusia, sebagai penghuni di bumi ini, yang mana akan berperan sebagai pemimpin atau pengendali dari alam semesta yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Manusia diciptakan mempunyai kedudukan tertentu, yaitu sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana Allah SWT berfirman وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ Artinya Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”QS. Al-baqarah ayat 30 Kedudukan manusia bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari segala apa yang ada di muka bumi ini. Hal tersebut tergantung pada akhlak dan akal ilmu nya. Mari kita sejenak merenung tentang kehidupan di dunia ini yang sudah kita lewati, dari awal kita dilahirkan di dunia. Pertama kita terlahir di dunia ini atas kehendak Allah SWT melalui seorang ibu. Sembilan bulan kita dikandung dalam rahim seorang ibu, dari segumpal darah lalu menjadi segumpal daging. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal rezekinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya. Setelah terlahir di dunia, kita mendapat kasih sayang dari kedua orang tua, kita diasuh dilindungi disayang, dalam perjalanan kehidupan dari masa ke masa kita melakukan perubahan, dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, tua, dalam perjalanan hidup dan tambahnya umur kita tidak jauh dari segala kenikmatan dari Allah SWT yang telah kita rasakan dan kita nikmati, di saat masih bayi kita begitu lemah, sekarang bisa tumbuh menjadi kuat, itu semua karena seorang ibu dan orang tua kita. Pada diri kita ada anggota badan yang begitu nyata kita rasakan dan fungsikan di saat hidup di dunia ini yaitu perut, lisan, mata, telinga, tangan, kaki, dan kemaluan. Kita bersyukur tanpa meminta, semua organ itu diberi kesehatan dan berfungsi pada kegunaanya masing masing. Coba bayangkan bila semua organ itu dapat berfungsi tetapi harus dengan biaya, pasti kita sangat berat untuk menjalaninya. Berutunglah kita dengan semua yang ada di badan ini dengan segala kesempurnaan dan kegunaannya, itu suatu nikmat yang besar. Allah SWT memberikan semua itu dengan segala kesempurnaannya. Kita bisa menikmati apa saja yang telah Allah SWT ciptakan di dunia ini. Allah SWT menciptakan bumi lengkap tidak ada yang kurang sedikitpun, semua tersedia dan ada di bumi Allah SWT. Semua itu untuk mencukupi kebutuhan yang diperlukan umat manusia. Sebagai contoh udara, air, tumbuhan, hewan ternak, bahan makan, emas, serta sumber ilmu yang terkandung di dalamnya, semua itu akan menjadi bekal manusia bertahan serta mempelajarinya. Semua itu tanda kuasa dan cinta-Nya Allah SWT pada umat manusia. Maha Besar Allah SWT. Telepas dari semua nikmat Allah SWT yang diberikan, dalam menjalani kehidupan di bumi, kita pasti juga tidak terlepas dari masalah, baik masalah pribadi, masalah keluarga, masalah sosial. Semua masalah itu memang telah menjadi sandangan orang hidup di dunia ini. Allah SWT mendatangkan masalah ke umat manusia sebagai ujian dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Masalah setiap manusia itu pun jelas sangat berbeda beda, Allah SWT memberikan ujian berupa masalah kepada umatnya sesuai dengan kemampuan manusia yang akan diuji, dan tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambanya sebagaimana dalam firman Allah SWT لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. Mereka berdoa “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. QS. Al Baqarah ayat 286 Sebagai umat islam yang beriman, dengan semua yang melekat pada kita, baik berupa nikmat kesenangan atau ujian yang ada, pasti kita tidak bisa menghindar dari ketetapan Allah SWT, karena Allah SWT memberikan nikmat dan ujian kepada manusia tidak akan salah ataupun tertukar antara satu dengan yang lainnya. Itu semua adalah wujud cinta Allah SWT kepada umatnya, dengan tujuan sebagai peringatan dan untuk mengatahui seberapa kuat kadar iman makhluk-Nya. Melalui semua ujian dan nikmat itu akan menjadikan manusia menyadari apa arti kehidupan sebenarnya, maka dari itu kita dalam menghadapai dan menyikapi ujian dengan cara yang dicontohkan Rosul SAW. Beriman pada takdir Sebagai manusia yang merupakan ciptaan Allah SWT, maka sudah seharusnya kita mempercayai takdir yang diberikan kepada kita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” HR. Muslim no. 2653, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash Yakinlah bahwa ujian para nabi lebih berat Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya oleh Sa’d bin Abî Waqqâsh Radhiyallahu anhu يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ “Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya” HR. at-Tirmidzi no. 2398, an-Nasâi no. 7482, & Ibnu Mâjah no. 4523 Selalu ada hikmah Cara menerima ujian dari Allah SWT berikutnya adalah dengan memetik hikmahnya. Yakinkan diri bahwa setiap ujian akan membawa hikmah tersendiri bagi kita. Tidak ada ujian yang sia-sia jika dilewati dengan baik. Allah Ta’ala berfirman أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ 115 فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan Yang mempunyai Arsy yang mulia.” QS. Al Mu’minun ayat 115-116 Allah Ta’ala juga berfirman وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ 38 مَا خَلَقْنٰهُمَآ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. QS. Ad Dukhan ayat 38-39 Ujian merupakan bentuk cinta Allah Abu Hurairah berkata, bahawa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik maka dia akan diberi-Nya cobaan.” Rasul bersabda, إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ “Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani. Perbanyak mengingat dosa Rasul bersabda, إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ » . فَقَالَ بِهِ هَكَذَ “Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”. HR. At-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh Al-Albani Selalu berzikir Allah SWT berfirman الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. QS Ar Ra’du ayat 28. يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. QS. Al-Ahzaab ayat 41. Perbanyak sedekah Rasul bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api“.HR. At-Tirmidzi. Rasulullah kembali bersabda “Bersegeralah untuk bersedekah. Karena musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah“. Selalu sabar Allah berfirman لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan juga kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan [Âli Imrân ayat 186] Sholat taubat Dari Ali Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Aku adalah seorang lelaki, jika aku telah mendengar sebuah hadits dari Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam , Allâh Azza wa Jalla memberiku manfaat yang Dia kehendaki dengan perantara hadîts itu. Jika ada salah seorang sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang menyampaikan sebuah hadits kepadaku, maka aku akan memintanya bersumpah bahwa dia benar-benar telah mendengar dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam . Jika dia telah bersumpah kepadaku, maka aku mempercayainya. Dan sesungguhnya Abu Bakar telah memberitakan sebuah hadits kepadaku, dan Abu Bakar telah berkata jujur, dia berkata, “Aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidak ada seseorang pun yang melakukan dosa, lalu dia berdiri kemudian bersuci lalu menunaikan shalat, setelah itu memohon ampun kepada Allâh, kecuali Allâh pasti akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini yang maknanya, “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allâh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allâh ? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” QS. Ali Imrân ayat 135 Husnuzhon pada Allah Allah berfirman وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ “Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir..” QS. Yusuf 87. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku bersamanya, jika dia mengingat-Ku.” HR. Bukhari 7405 & Muslim 6981 Yakin bahwa ujian mampu menghapus dosa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمِّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى، وَلاَ غَمِّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا؛ إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ Apa saja yang menimpa seseorang Muslim seperti rasa letih, sedih, sakit, gelisah, sampai duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya dengan sebab itu semua”. Muttafaqun alaihi Semakin besar cobaan semakin besar pahala Anas berkata Nabi saw. bersabda,“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya cobaan. Sesungguhnya apabila Allah Ta’ala itu mencintai suatu kaum maka Dia mengujinya. Barang siapa yang rela menerimanya, dia mendapat keridhoan Allah, dan barangsiapa yang murka, maka dia pun mendapat kemurkaan Allah” Itulah 12 cara menerima ujian dari Allah SWT sesuai dengan ajaran Rasul. Bila kita sudah berpedoman dengan cara itu , InsyaAllah SWT semua masalah yang ada di dunia ini akan mudah kita hadapi, Semoga usaha yang kita upayakan untuk menerima dan menghadapi serta menyelesaikan dari semua ujian Allah SWT menjadikan iman kita semakin meningkat dan menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Amin Sumber

Makahakikat pengutusan Nabi ―alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan. Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran.

MAKKAH-Sumayyah binti Khayyat Radiyall anha adalah seorang budak wanita milik Hudzaifah bin Mughirah. Dia adalah wanita pertama yang mati syahid syahidah karena mempertahankan keimanan. Aan Wulandari dalam bukunya "Kisah Istimewa Asmaulhusna" menceritakan, Sumayyah menikah dengan seorang pendatang bernama Yasir. Kehidupan mereka sangat miskin dan tidak mempunyai orang yang bisa melindungi mereka. Umayyah dan Yasir hidup di bawah kekuasaan Abu lama, lahirlah salah seorang putra yang bernama Ammar, lalu disusup putra kedua, Ubaidullah. Ammar bin Yasir tumbuh menjadi seorang pemuda yang lurus hatinya. Ketika mendengar dakwah tauhid yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah, Ammar merasa sangat tertarik. Ammar menemui Rasulullah SAW dan tanpa ragu memeluk Islam. Pertemuan dengan Rasulullah SAW diceritakan kepada kedua orangtuanya. Atas kehendak Allah Sumayyah dan Yasir langsung memeluk Islam saat itu juga, mereka sekeluarga pun meninggalkan kesyirikan menuju kepada keesaan saja, masuk Islamnya keluarga yang miskin dan tak punya kekuasaan apa-apa ini menjadi sumber kemarahan tuannya. Abu Hudzaifah dan semua kerabatnya dari bani Makhzum memaksa mereka meninggalkan Yasir tetap berpegang teguh pada agama mereka titik akhirnya, penyiksaan demi penyiksaan pun dilakukan pada mereka titik orang Bani Makhzum mengeluarkan mereka ke padang pasir tatkala keadaan sangat panas menyengat. Mereka menaburi Sumayyah dengan pasir yang sangat panas. "Tak cukup dengan itu, diletakkannya sebongkah batu besar dan berat dan panas di atas dada Sumayyah," hal itu tak membuat keluarga Yasir melepaskan keimanannya. Saat dilakukan penyiksaan mereka menganggungkan nama Allah SWT. "Ahad....Ahad...." itulah yang cuma ya ucapkan titik tak ada rintihan dan teriakan ketika Rasulullah SAW menyaksikan penyiksaan terhadap keluarga Yasir ini. Beliau menengadahkan ke langit dan berseru. "Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga."Doa Rasulullah itu menguatkan hati keluarga Yasir ini. Mereka bersabar melewati siksaan demi siksaan dan demi surga yang kesabaran keluarga Yasir ini semua orang semakin barang. Abu Jahal si musuh Allah membunuh Sumayyah dengan kejam. Gugurlah Sumayyah sebagai syahidah di bumi Makkah dan dialah wanita pertama kali mati syahid karena mempertahankan ini dikaitkan dengan Asmaul Husna As Shabuyr yang artinya Maha penyabar. Dalam surag Ali Imran ayat 146 Allah begitu menyukai orang-orang yang dari ayat tersebut kata Aan adalah bahwa Allah Maha Penyabar, Dia menangguhkan siksa bagi hambanya yang berdosa. Dia beri waktu hambanya untuk bertobat. Allah maha suci dari sifat tergesa-gesa, tak ada yang dikerjakannya bila belum tiba waktunya. "Hikmah dari kisah di atas. Sabarlah dalam setiap ujian dan cobaan, Insya Allah ada hikmah dibalik semua itu," katanya. Pf9va.
  • caklpdq6ym.pages.dev/524
  • caklpdq6ym.pages.dev/587
  • caklpdq6ym.pages.dev/457
  • caklpdq6ym.pages.dev/385
  • caklpdq6ym.pages.dev/584
  • caklpdq6ym.pages.dev/147
  • caklpdq6ym.pages.dev/30
  • caklpdq6ym.pages.dev/327
  • keluarga sumayyah mendapat ujian keimanan berupa