403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID qchk0z9qEBYZPSLyKFXEYx4sAPQZr884NxBkBWVK_zxsDsIxY3bL5Q==
KepalaBendung Pintu Air Kota Tangerang Sumarto menetapkan bendung pintu air 10 dalam level siaga, karena ketinggian air dan meluapnya air Sungai
Pintu Air 10 dibangun pada tahun 1927 dan mulai digunakan di tahun 1932 pada masa penjajahan Belanda. Hal ini sebagai bentuk manifestasi Politik Etis Balas Budi yang dijalankan oleh pemerintah Kolonial Belanda kepada rakyat Indonesia. Bendungan Pintu Air 10 ini sampai sekarang masih berfungsi dengan baik membendung Sungai Cisadane Kota Tangerang. Selain membangun bendungan guna menjaga dan mengontrol ketinggian air Sungai Cisadane, juga untuk kepentingan mencegah banjir dan irigasi. Tinggi bendungan ini mencapai 110 meter dengan panjang 125 meter. Disebut dengan Pintu Air 10 karena bendungan ini memiliki tiang penyangga sebanyak sepuluh buah. "Pintu air ini sudah memasuki kurang lebih usia 80 tahun, biasanya per 100 tahun sekali di cek ketahananya," ujar Abdul salah satu petugas Bendungan Pintu Air 10, Senin 08/03/2021. Pemeliharahaan Bendungan Pintu Air 10 ini dilakukan setiap 3 bulan sekali, seperti pelumas rantai. "Kurang lebih dua tahun yang lalu pintu yang lama sudah diperbaiki, dan kerusakan yang parah tidak ada, paling cuma bocor kecil, tapi masih bisa diatasi," katanya. Dari bendungan, air di distribusikan untuk irigasi dan sumber air utama bagi kawasan Tangerang. Aliran air Cisadane bermuara akhir di Tanjung Burung Teluk Naga. Abdul menambahkan, semua pintu ada 10, dan mesinnya ada lima. Jadi satu mesin itu bisa digunakan untuk membuka tutup dua pintu. Kalau debit airnya tinggi, petugas bisa angkat dua pintu sekaligus, tapi jika debitnya normal bisa menggunakan satu pintu saja. "Kondisi sekarang normal, debit air bagian depan sekitar 1250 m³ dan bagian belakang 5500 m³. Konstruksi normal semua tidak ada kendala, pemeliharaan sesuai SOP," jelasnya.
Iskandarmelanjutkan, dengan ketinggian elevasi itu, pihaknya akan terus membuka dua pintu air waduk Bendungan Bili-bili hingga batas elevasi 99.50 atau batas normal. "Masih dibuka (pintu air) sampai batas sedikit di bawah elevasi +99.50. Iya kita harapkan intensitas hujan makin berkurang supaya tidak memberikan dampak yang besar aliran
Home / SEJARAH / Sejarah Dan Keangkeran Bendungan Pintu Air 10 Cisadane Bendungan Pintu Air 10 Cisadane Tangerang – OaseIndonesiaNews Bendungan Pasar Baru atau biasa disebut oleh masyarakat Tangerang dengan Pintu Air 10 Cisadane. Dibangun pada tahun 1927, selesai dan diresmikan tahun 1930. Selain menjadi pengendali air kiriman dari kota Bogor, bangunan bersejarah tersebut difungsikan untuk mengairi areal persawahan seluas Hektar. Bangunan yang terletak di jalan Tubun, Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Provinsi Banten ini saat zaman penjajahan kolonial memiliki peranan yang penting. Antara lain sebagai sumber air bagi irigasi warga dan pengendali volume air yang akan bermuara ke lauy di wilayah Kabupaten Tangerang. Bendungan ini awalnya bernama Bendungan Sangego, kemudian berubah menjadi Bendungan Pintu Sepuluh atau Bendungan Pasar Baru. Perubahan pada bendungan ini tidak terlalu banyak karena terlihat dari peralatan dan mesin yang digunakan sudah tua. Bendungan Pasar Baru mempunyai 10 pintu air dari besi dan 11 tiang penopang. Konstruksi bendungan terbuat dari beton bertulang. Pada sisi utara dan selatan bangunan terdapat rel lori yang digunakan untuk mendistribusikan pintu air pengganti jika ada pintu air yang rusak. Bendungan memanjang dari timur ke barat dengan panjang 125 m dengan rincian 10 jumlah pintu air, lebar pintu 10 m, 3 intake, 2 pintu penguras lumpur, tinggi pintu bawah 5 m, tinggi pintu atas 3 m, dan berat pintu masing-masing 25 ton. Bangunannya memiliki dua tingkat. Penghubung ke lantai atas menggunakan tangga yang berada di ujung timur dan barat bangunan. Bagian ujung barat dan timur bangunan menggunakan tegel berwarna abu-abu, bercorak kotak-kotak dan berukuran 20 x 20 cm. Pada lantai dua terdapat 5 ruang yang berisi penggerak pintu air. Alat-alat yang digunakan pada bendungan ini sudah cukup mengkhawatirkan sehingga perlu dilakukan perbaikan. Pintu masuk bendungan Di sebelah barat bendungan terdapat bangunan berdenah persegi, dengan pintu berupa rolling door dari besi. Bangunan tersebut digunakan untuk menyimpan lori dan difungsikan sebagai gudang. Lori digunakan untuk membawa pintu air pengganti dan gudang. Keadaan bangunan tersebut dalam keadaan cukup terawat, dan lori masih bisa digunakan hingga sekarang. Perbaikan tambal sulam pun kerap dilakukan agar bangunan cagar budaya ini tetap berdiri kokoh. Saat ini, pengelolaan bendungan tersebut menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane BBWSCC Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum. Dan menurut data yang dihimpun dari antara, rehabilitasi bendungan tersebut terakhir dilakukan pada 2019 lalu dengan menelan dan sebanyak Rp 90 miliar. Selain itu, bendungan yang berada di lintasan Sungai Cisadane ini juga menjadi sumber air baku bagi wilayah Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Tangerang Selatan. Selain itu, bangunan tersebut juga dimanfaatkan Pemprov Banten untuk menambah Pendapatan Asli Daerah PAD. Yaitu dengan mengambil pajak dari penggunaan sumber air baku yang bersumber dari Sungai Cisadane. Pintu Air Pintu Air 10, masih terlihat kokoh walaupun sudah berusia hampir satu abad. Bangunan ini disebut-sebut sebagai salah satu icon Tangerang. Namun, di balik megahnya bangunan Pintu Air 10 tersimpan cerita misteri yang membuat bulu kuduk berdiri. Pintu Air 10 dalam pembangunannya juga tidak sedikit memakan korban jiwa. Rano Mardiansyah, salah satu penjaga bendungan Pintu Air 10 mengatakan tidak sedikit orang yang melintas melihat sosok putih sedang berdiri di tengah-tengah bendungan. Bahkan, kalau malam Rano juga suka menedegar suara-suara aneh seperti jeritan minta tolong dan perempuan tertawa. “Memang sering terjadi hal-hal aneh, karena kebanyakan mayat-mayat yang hilang karena hanyut pasti berujung ditemukan di bendungan ini. Entah tersangkut atau bahkan hanya mengambang,” cerita Rano. Tidak hanya itu, Rano juga menjelaskan, di bendungan Pintu Air 10 ada tiga makluk gaib yang sering terlihat, yaitu kuntilanak, manusia tanpa kepala dan kepala saja. “Mereka yang paling sering terlihat oleh orang-orang yang melintas bahkan yang suka mancing malam-malam. Masyarakat setempat memiliki mitos terkait Pintu Air 10. Mereka percaya adanya penunggu yang mendiami bendungan yang dibangun dari zaman Belanda itu,” tambahnya. Ritual yang dilakukan adalah pemotongan tiga sapi dewasa dipotong, lalu kepalanya di tanam atau dikubur di tanah tak jauh dari pintu air. Tanah tersebut kemudian ditaburi kembang tujuh rupa. Selanjutnya daging sapi dibagikan kepada warga sekitar. Kemudian malamnya dilakukan pengajian dan syukuran. Namun begitu, bendungan Pintu Air 10 merupakan salah satu icon Tangerang, dan banyak juga yang melakukan foto pra wedding di lokasi tersebut. WD/Berbagai Sumber
J8XOy. caklpdq6ym.pages.dev/484caklpdq6ym.pages.dev/358caklpdq6ym.pages.dev/568caklpdq6ym.pages.dev/311caklpdq6ym.pages.dev/491caklpdq6ym.pages.dev/473caklpdq6ym.pages.dev/187caklpdq6ym.pages.dev/211
bendungan pintu air 10